Antropologi
A. Pengertian
Antropologi adalah
salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau
muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada
penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan
masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada
sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata Yunani
άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau
"orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi
holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi
kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan
Antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada
perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak
diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode Antropologi sekarang
seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal.
Definisi antropologi menurut para
ahliyaitu:
· Koentjaraningrat Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta
kebudayaan yang dihasilkan.
· William
A. Haviland Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta
untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
· David
Hunter Antropologi adalah ilmu yang lahir
dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
B. Fase Perkembangan Antropologi
Antropologi
sebagai ilmu tidak muncul begitu saja, namun antropologi berkembang melalui
fase-fase yang ada. Dalam antropologi terdapat 4 fase yang terjadi dalam
perkembangan antropologi sebagai ilmu, yaitu:
Fase Pertama Sebelum tahun 1800-an
Sekitar abad ke-15-16,
bangsa-bangsa di Eropa mulai
berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam
penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai
suku-suku yang asing
bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat
di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan
dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau
bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing
tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnografi atau
deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik
perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19
perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari
sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha
untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.
Fase Kedua tahun 1800-an
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi
tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat
pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan
dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa
sebagai bangsa-bangsa primitif yang
tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
Fase Ketiga awal abad ke-20
Pada fase ini, negara-negara di
Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia,
Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut,
muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli,
pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta
hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa
berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk
itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa
di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan
pemerintah kolonial.
Fase Keempat setelah tahun 1930-an
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan
suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh
kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini
membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar
negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan
kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan.
Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah
menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi
tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada
suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
C. Antropologi
Masa Kini
Perbedaan-perbedaan
di Berbagai Pusat Ilmiah tergantung pada perkembangan ilmu Antropologi yang
dibahas di Universitas tempat ilmu tersebut berkembang. Tantaralain sebagai
berikut:
1. Amerika
Serikat, telah memakai ilmu antropologi dan mengintegrasikan seluruh
warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi yang berasal dari fase
pertama, fase kedua dan fase keempat maksudnya adalah pengembangan fase ke
empat seluas-luasnya.
2. Inggris
dan negara persemakmuran, fokus pada fase ketiga demi kepentingan negara
penjajah.
3. Eropa
Tengah, fokus pada fase kedua; mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa.
4. Eropa
Utara, bersifat lebih akademikal; keunikan terdapat pada penelitian suku
bangsa eskimo.
5. Uni
Soviet, penelitian lebih bersifat praktis dengan meneliti suku-suku bangsa
mereka sendiri; namun ada juga penelitian tentang bangsa lain dengan
ditemukannya buku yang berjudul Narody Mira (Bangsa- bangsa di Dunia).
6. Indonesia,
perkembangannya masih belum terikat pada satu aturan baku; jadi masih boleh
disesuaikan dengan perkembangan.
Pengertian
RAS
Kata “ras”
berasal dari bahasa Prancis-Italia “razza” yang artinya pembedaan variasi
penduduk berdasarkan tampilan fisik (bentuk dan warna rambut, warna mata, warna
kulit, bentuk mata, dan bentuk tubuh. Umumnya ras dibagi menjadi 3: mongoloid,
kaukasian dan negroid.
Selain itu pengertian ras kadangkala mengacu pada
pemilikan perangai, pemilikan kualitas perangai/sikap kelompok tertentu,
menyatakatan kehadiran penduduk dari geografis tertentu. Bisa juga ras mengacu
pada tanda-tanda aktivitas sebuah kelompok yang mempunyai gagasan, ide dan cara
berpikir tertentu. Ras juga sering dikaitkan dengan masalah keturunan,
keluarga,klan dan hubungan kekeluargaan sebuah kelompok
Tapi secara umum Ras adalah pengelompokan
berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan cirri-ciri sosiokultural. Dengan
kata lain, ras berati segolongan penduduk suatu daerah yang mempunyai
sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk daerah lain.
A.L. Krober membagi ras
di dunia menjadi:
1.
Ras Mongoloid (Berkulit Kuning),
Adalah ras manusia yang
sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di
lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara,
Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania. Anggota ras Mongoloid biasa disebut
“berkulit kuning”, namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di
Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit
coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut
berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata
yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini
seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.Contohnya
penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia. Mereka bisa dibagi
menjadi: Asiatic Mongoloid, Malayan Mongoloid, American Mongoloid.
Ras
mongoloid meliputi:
a. Asiatic
Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur);
b. Malayan
Mongoloid Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli
Taiwan);
c. American
Mongoloid (penduduk asli Amerika).
2.Ras
Negroid (Berkulit Hitam),
Adalah ras manusia yang terutama mendiami benua
Afrika di sebelah selatan gurun sahara. Keturunan mereka banyak mendiami
Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah.
Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit
yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan
ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk
ras manusia ini.
Contohnya yaitu
penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia. Mereka bisa dibagi menjadi:
African Negroid, Negrito, Melanesian
Ras negroid
meliputi:
a. African
Negroid (Benua Afrika);
b. Negrito
(Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal orang Semang, Filipina);
c. Melanesian
(Irian dan Melanesia).
3. Ras
Kaukasoid (Kulit Putih),
Adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di
Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India Utara. Keturunan mereka
juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika
Selatan dan Selandia Baru.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut “berkulit putih”,
namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan
orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting
dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya
lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
Contohnya yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia. Mereka
bisa dibagi menjadi: Nordic,Alpine, Mediteranian, Indic.
Ras
Kaukasoid meliputi:
a. Nordic
(Eropa Utara, sekitar Laut Baltik);
b. Alpine
(Eropa Tengah dan Eropa Timur);
c.
Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran);
d. Indic
(Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka)
4. Ras-ras
khusus, yaitu ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok,
antara lain:
a.
Bushman (Penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan);
b. Veddoid
(Penduduk di daerah pedalaman Sri Lanka );
c.
Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia); serta
d. Ainu
(Penduduk di daerah Pulau Karafuto dan Hokkaido, Jepang).
E. Persebaran ras di Indonesia
Persebaran
ras di Indonesia sudah ada sejak zaman es. Pada zaman es wilayah Indonesia
bagian barat masih bersatu dengan benua Asia sedangkan daerah bagian timur
bersatu dengan benua Australia. Pada masa itu telah tersebar 2 ras di Indonesia,
yaitu :
Ras Mongoloid
Ras ini
berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid). Pada zaman es ini ras mongoloid
tersebar di daerah Indonesia bagian Barat meliputi pulau Sumatra, Jawa, dan
Kalimantan. Dengan arus persebaran sebagai berikut.
Dari Mongolia
menuju ke daerah- daerah dia Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, Thailand,
Malaysia, Singapura, baru menuju ke Indonesia bagian barat.
Semua ditempuh melalui jalar darat sebab saat itu bagian barat Indonesia masih bersatu dengan benua Asia Tenggara. Pada perkembangan selanjutnya terbentuklah pulau-pulau di Indonesia bagian barat seperti Sumatra, Kalimantan dan Jawa, daratan yang menjadi lautan disebut paparan sunda.
Semua ditempuh melalui jalar darat sebab saat itu bagian barat Indonesia masih bersatu dengan benua Asia Tenggara. Pada perkembangan selanjutnya terbentuklah pulau-pulau di Indonesia bagian barat seperti Sumatra, Kalimantan dan Jawa, daratan yang menjadi lautan disebut paparan sunda.
Ras Austroloid
Ras ini
berpusat di Australia dan menyebar ke Indonesia bagian Timur khususnya wilayah
Papua/Irian Jaya. Persebaran ke daerah inipun dilakukan melalui darat sebab
saat itu papua masih bersatu dengan benua Australia perkembangannya daratan
yang menjadi lautan disebut paparan sahul.
Sementara itu
daerah di zone Wallacea seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku merupakan
daerah penyaringan bagi migrasi manusia dan fauna dari paparan sunda ke paparan
sahul maupun sebaliknya sehingga sangat terbatas sekali ras yang dapat masuk ke
wilayah ini.
Jadi awalnya
ras nenek moyang bangsa Indonesia adalah ras Mongoloid dan ras Austroloid. Perkembangan
selanjutnya pada tahun 2000 SM mulai terjadi migrasi/ perpindahan ras dari
berbagai daerah ke Indonesia, yaitu :
Migrasi pertama, Ras Negroid
Ciri dari ras
berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut keriting.
Ras ini datang ini dari Afrika. Di Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua.
Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), sertasuku Papua melanesoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
Ras ini datang ini dari Afrika. Di Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua.
Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), sertasuku Papua melanesoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
Migrasi kedua, Ras Weddoid
Ciri ras ini
adalah berkulit hitam, bertubuh sedang, dan berambut keriting.
Ras ini datang dari India bagian selatan.
Keturunan ras ini mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
Ras ini datang dari India bagian selatan.
Keturunan ras ini mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
Migrasi Ketiga, Ras Melayu Tua (Proto Melayu)
Ciri ras ini
adalah berkulit sawo matang, bertubuh tidak terlalu tinggi, dan berambut lurus.
Ras ini termasuk dalam Ras Mongoloid (sub ras Malayan Mongoloid) berasal dari
daerah Yunan (Asia Tengah) masuk ke Indonesia melalui Hindia Belakang
(Vietnam)/ Indo Cina baru selanjutnya ke Indonesia.
Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur sesuai dengan jenis kebudayaan Neolithikum yang dibawanya, yaitu.
Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur sesuai dengan jenis kebudayaan Neolithikum yang dibawanya, yaitu.
1) Jalur pertama
Melalui jalur
barat dan membawa kebudayaan berupa kapak persegi. Dengan menempuh jalur darat
dari Yunan mereka menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand selanjutnya
menuju ke Sumatra, Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan berakhir di
Nusa Tenggara. Sehingga di daerah tersebut banyak ditemukan peninggalan berupa
kapak persegi/ beliung persegi.
Keturunan Proto Melayu yang
melalui jalur ini adalah masyarakat/ Suku Batak , Nias(Sumatra Utara), Mentawai
(Sumatra Barat), Suku Dayak (Kalimantan), dan Suku Sasak (Lombok).
2) Jalur kedua
Melalui jalur
timur dan membawa kebudayaan berupa kapak lonjong. Dengan menempuh jalur laut
dari Yunan (Teluk Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina,
kemudian ke daerah Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke Australia.
Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di Papua. Keturunan Proto Melayu
yang melalui jalur ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Papua
(Irian), Suku Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).
Migrasi
Keempat, Ras Melayu Muda (Deutro Melayu)
Sekitar 500 SM datang migrasi dari ras Deutro Melayu dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam selanjutnya mendesak keturunan ras Proto Melayu yang telah menetap lebih dahulu dan masuk Indonesia menyebar keberbagai daerah baik di pesisir pantai maupun pedalaman.
Sekitar 500 SM datang migrasi dari ras Deutro Melayu dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam selanjutnya mendesak keturunan ras Proto Melayu yang telah menetap lebih dahulu dan masuk Indonesia menyebar keberbagai daerah baik di pesisir pantai maupun pedalaman.
Mereka masuk
membawa kebudayaan yang relatif lebih maju yaitu kebudayaan logam terutama
benda-benda dari Perunggu, seperti nekara, moko, kapak corong, dan perhiasan.
Hasil kebudayaan ras ini sangat terpengaruh dengan kebudayaan asalnya dari
Vietnam yaitu Budaya Dongson. Tampak dengan adanya kemiripan antara artefac perunggu
di Indonesia dengan di Dongson.
Keturunan dari Deutro Melayu yaitu suku Minang (Sumatra barat), Suku Jawa, dan Suku Bugis (Sulawesi Selatan). Ras ini pada perkembangannya mampu melahirkan kebudayaan baru yang selanjutnya menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.
Keturunan dari Deutro Melayu yaitu suku Minang (Sumatra barat), Suku Jawa, dan Suku Bugis (Sulawesi Selatan). Ras ini pada perkembangannya mampu melahirkan kebudayaan baru yang selanjutnya menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.
Migrasi dari
berbagai macam ras tersebut perkembangannya saling berbaur/bercampur hingga
menghasilkan berbagai macam suku dengan beraneka ragam cirinya. Keanekaragaman
tersebut disebabkan karena perbedaan keadaan alam (letak geografis, iklim),
Makanan(nutrisi), dan terjadi perkawinan campur.
Sehingga secara umum ciri fisik masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut.
Sehingga secara umum ciri fisik masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut.
Tinggi badan berkisar antara 135-180 cm,
Berat badan berkisar antara 30-75 kg,
Warna kulit berkisar antara kuning langsat dan coklat hitam,
Warna rambut antara coklat dan hitam,
Bentuk rambut antara lurus dan keriting.
Berat badan berkisar antara 30-75 kg,
Warna kulit berkisar antara kuning langsat dan coklat hitam,
Warna rambut antara coklat dan hitam,
Bentuk rambut antara lurus dan keriting.
F. Kebudayaan
Kebudayaan Berasal Dari Kata
Sansekerta “BUDDHAYAH “ , yang merupakan bentuk jamak dari kata “BUDDHI” yang
berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai
“hal-hal yang bersangkutan dengan budhi atau akal”
Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian “culture” diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam.
Culture, merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata latin “colere” yang berarti mengolah atau mengerjakan (Mengolah tanah atau bertani). Dari asal arti tersebut yaitu “colere” kemudian “culture” diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam.
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski
mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi
yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic, kebudayaan
mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
Budaya
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa
Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang
diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia
·
Arti Kata Budaya Secara Etimologis
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta
Bodhya yang berarti akal budi, sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris
Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari bahasa
Latin Colere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah
atau memelihara ladang dan memelihara hewan ternak.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta
Bodhya yang berarti akal budi, sinonimnya adalah kultur yang berasal dari bahasa Inggris
Culture atau Cultuur dalam Bahasa Belanda. Kata Culture sendiri berasal dari bahasa
Latin Colere (dengan akar kata “Calo” yang berarti mengerjakan tanah, mengolah tanah
atau memelihara ladang dan memelihara hewan ternak.
·
Arti Kata Budaya Secara Terminologis
Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adat
istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku
yang beradab. Dikatakan membudaya bila kontinu, konvergen.
Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adat
istiadat manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku
yang beradab. Dikatakan membudaya bila kontinu, konvergen.
·
Arti Kata Organisasi Secara Etimologis
Tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan
dasar ideologi yang sama.
Tubuh atau alat tubuh, aturan, susunan, perkumpulan dari kelompok tertentu dengan
dasar ideologi yang sama.
·
Arti Kata Organisasi Secara Terminologis
Organisasi adalah kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif
terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Organisasi adalah kesatuan (Entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan
sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasikan, yang bekerja atas dasar yang relatif
terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Ciri-Ciri Budaya Kuat :
a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.
b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan
dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam
perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.
c. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati
dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang
yang bekerja dalam perusahaan.
d. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi dan
secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan
e. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.
f. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita-cerita kehebatan para
pahlawannya.
a. Anggota-anggota organisasi loyal kepada organisasi.
b. Pedoman bertingkah laku bagi orang-orang di dalam perusahaan digariskan
dengan jelas, dimengerti, dipatuhi dan dilaksanakan oleh orang-orang di dalam
perusahaan sehingga orang-orang yang bekerja menjadi sangat kohesif.
c. Nilai-nilai yang dianut organisasi tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi dihayati
dan dinyatakan dalam tingkah laku sehari-hari secara konsisten oleh orang-orang
yang bekerja dalam perusahaan.
d. Organisasi memberikan tempat khusus kepada pahlawan-pahlawan organisasi dan
secara sistematis menciptakan bermacam-macam tingkat pahlawan
e. Dijumpai banyak ritual, mulai dari ritual sederhana hingga yang mewah.
f. Memiliki jaringan kulturan yang menampung cerita-cerita kehebatan para
pahlawannya.
Stephen. P. robbins
mengemukakan ciri-ciri budaya kuat:
Ciri-Ciri Budaya Organisasi Lemah menurut Deal dan
Kennedy
a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.
b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi
untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
a. Mudah terbentuk kelompok-kelompok yang bertentangan satu sama lain.
b. Kesetiaan kepada kelompok melebihi kesetiaan kepada organisasi.
c. Anggota organisasi tidak segan-segan mengorbankan kepentingan organisasi
untuk kepentingan kelompok atau kepentingan diri sendiri.
Unsur-unsur yang
merupakan ciri khas budaya kuat:
1. Kejelasan nilai-nilai dan keyakinan
2. Penyebarluasan nilai-nilai dan keyakinan
3. Intensitas pelaksanaan nilai-nilai inti
1. Kejelasan nilai-nilai dan keyakinan
2. Penyebarluasan nilai-nilai dan keyakinan
3. Intensitas pelaksanaan nilai-nilai inti
0 Response to "Antropologi"
Post a Comment