Pendidikan Agama
A. Pengertian
Dalam bahasa inggris agama disebut
religion, berasal dari bahasa latin leregele artinnya mengumpulkan, membaca.
Relegion mengandung pengertian kumpulan cara-cara peribadatan yang terdapat
dalam kitab suci yang harus dibaca.
Dalam bahasa arab agama adalah din yang
secara etimologis memiliki arti balasan atau pahala, ketentuan,
kekuasaan, pengaturan, perhitungan, taat, patuh dan kebiasaan.
Agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi, menguasai dan
menuntut untuk patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajarannya, membawa
kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa
balasan baik kepada yang taat memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
Secara terminologis, Hasby as-siddiqi
mendefinisikan agama sebagai dustur (undang-undang) ilahi yang
didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia didunia
untuk mencapai kerajaan dunia dan kesejahteraan akhirat. Agama adalah peraturan
Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem kepercayaan, sistem
penyembahan dan sistem kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan didunia dan
diakhirat.
Hubungan Agama Dan Moral
Berbicara tentang moral asosiasinya
akan tertuju pada penentuan baik dan buruk sesuatu. Dengan rasio atau tradisi
dapat juga dengan lainnya seseorang dapat menentukan baik atau buruk.
Aliran rasionalisme berpendapat bahwa
rasiolah yang menjadi sumber moral bukanlah yang lain. Yang menentukan baik dan
buruknya sesuatu adalah akal dan pikiran manusia semata.
Aliran hedonisme berpendapat bahwa
sumber kebaikan dan keburukan adalah kebahagiaan. Sesuatu dikatakan baik jika
mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya sesuatu dikatakan buruk jika
mendartangkan keburukan. Kebahagiian yang dimaksud adalaj kebahagiaan individu
aliran ini disebut egoistik hednisme, aliran ini antara lain digagas oleh
Epicurus (341-270).
Adalagi aliran hedoisme universal yang
berpandangan bahwa kebaikan dan keburukan diukur oleh kebahagiaan. Aliran ini
digagas oleh John Stuart Mill (1806-1873). Ia mengatakan ebaikan tertinggi (summmun
bonum), adalah utility is happiness for the greates number of
sentimen being (kebahagiaan untuk jumlah kebanyakan manusia yang
sebesar-besarnya).
Aliran tradisionalisme berpendapat
bahwa sumber kebaikan atau keburukan adalah tradisi atau adat istiadat. Karena
peradaban Barat mengalami trauma historis berkenaan dengan agama, maka
peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam kehidupan mereka. Agama
tidakhanya sekedar ritual peribadatan semata-mata, diluar itu agama tidak
berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal dengan variasi yang berbeda
satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia moderen
kehilangan pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia mengalami risis moral
yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri. Dalam hubungannya
dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita ditipu oleh
gagasan yang canggih dan tidak tahu persoalan sebenarnya, sebab sepanjang moral
telah diputuskan ikatannya dengan akidah terhadap Allah, maka tidak akan kokoh
(kuat) berpijak dimuka bumi ini serta memiliki tempat bergantung terhadap
akibat-akibat yang mengiringinya.
Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam
mengahpus krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber moral.
Allah SWT telah memberikan agama sebagi pedoman dalam menjalani kehidupan
didunia ini agar mendapat kebahagiaan sejati, salah satunya adalah pedoman
moral. Melalui kitab suci dan para rosul, Allah telah mejelaskan
prinsip-prinsip moral yang harus dijadian pedoman oleh umat manusia. Dalam
konteks islam sumber moral itu adalah Al-Quran dan Hadist.
Mukti Ali mantan mentri agam pernah
menyatakan, ‘agama menurut kami antar lain memberi petunjuk bagaimana moral itu
harus dijalankan, agamalah yang memberikan hukum-hukum moral. Dan karenanya
agamalah sanksi terakhir bagi semua tindakan moral, sanksi agamalah yang
membantu dan mempertahankan cita-cita etik.’
Hamka menyatakan bahwa ‘agama ibarat
tali kekang, yaitu talikekang dari penguburan pikiran (yang liar / binar), tali
kekang dari penguburan hawa nafsu (yang angkara murka), tali kekang daripada
ucapan dan perilaku (yang keji).
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam
bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada beebrapa hal yang patut dihayati dan
penting dari agama, yaitu :
a.
Agama itu mendidik manusia menjadi tentram, damai, tabah dan tawakal, ulet
serta percaya pada diri sendiri.
b.
Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi, berani berjuang
menegakan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan mengabdi dan berkorban, serta
sadar, enggan dan takut untuk melakukan pelanggaran yang menuju dosa dan noda.
c.
Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan manusiawi.
d.
Karena itu, menempatankan agama pada posisi semula bisa menjadi penawar
kebingungan manusia moderen. Moral yang bersumber agama bersifat mutlak,
permanen, eternal dan universal. Nilai-nilai moral dalam islam berlaku untuk
semua orang dan semua tempat tanpa memandang tanpa memandang latar belakang
etnis kesukuan, kebangsaan, dan sosial kultural.
Hubungan Moral, Akhlak dan
Etika
Jika dilihat dari maknanya maka
persamaan dari moral, akhlak dan etika adalah pada fungsinya. Semua berfungsi
pada pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik
dan mana perbuatan yang buru. Dengan itu manusia diharapkan senantiasa melakukan
perbuatan-perbuatn yang baik, agar tercipta masyarakat yang warganya
berperilaku baik dan sopan.
Jika dilihat dari sisi sumber, etika
bersumber pada rasio sedangan akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist
sementara rasio hanya mendukung terhadap apa yang dikemukakan oleh Al-Quran dan
Hadist. Sementara moral umumnya berdasarkan pada ketentuan atau kebiyasaan umum
yang berlaku dimasyarakat.
Selain itu etika bersifat teoritis
sementara moral dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal
mana yang baik dan buruk, akhlak berbicara soal baik dan buruk, benar dan
salah, layak dan tidak layak, sementara itu etika lebih berbicara kenapa
perbuatan itu dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memperhatikan dan
mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik
tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu, moral itu hasil dari
penelitian etika.
Akhlak karena bersumber pada wahyu
maka ia tidak bisa berubah. Akhlak dalam islam bersifat tetap dan tidak bisa
diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa yang dikatakan baik oleh Al-Quran dan
apa yang dikatakan buruk oleh Hadist maka smapai kapanpun akan seperti
itu. Meskipun akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral
dan etika bersumber pada akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
B. Hakikat Dan Martabat Manusia Menurut Islam
1. Konsep Manusia
Konsep Manusia dalam Islam
a.
Historis : bani adam
(al-a’raf 31)
b.
Biologis : basyar
(ar-rum 20)
c.
Intelektual : insan
(at-tin 4)
d.
Sosiologis : naas
(al-hujarat 13)
e.
Posisional : abd(saba’
9)
f.
Khalifah (al-baqarah
30)
Al-Qur'an telah
mencatat untuk kita model orang-orang seperti pada orang-orang dari “iklan” .
Firaun berbicara kepada umat-Nya dan mengatakan dalam surat Al-Qashash,
(Ayat 38), "Aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain Aku."
Pada ekstrem yang lain, manusia berpikir bahwa ia adalah
yang paling diremehkan, terlemah, dan yang paling berharga di alam semesta ini,
sehingga ia menunduk dengan penyerahan sebelum pohon, batu, hewan, atau sebelum
matahari, bulan , bintang-bintang atau api dan makhluk lain. Islam menjelaskan
kepada manusia realitasnya, asal-usulnya dan berbagai tahap penciptaan yang ia
melewati.
1. Asal-usul penciptaan dan
tahap-tahap penciptaan-Nya:
Islam telah menjelaskan bahwa realitas manusia berasal dari
dua asal: Asal jauh, yang adalah ciptaan pertama dari lumpur ketika Allah (SWT)
membuatnya dan ditiupkan ke dalam dirinya hidup, dan asal dekat, yang
ciptaan-Nya dalam rahim ibunya. Allah (SWT) berfirman dalam surat As-Sajdah,
(Ayat 7-9), tentang asal-usul manusia, "Dia orang yang unggul dalam segala
sesuatu yang Dia ciptakan, dan Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat
dan keturunan manusia kemudian dibuat dari cairan berharga, kemudian Dia
membuatnya dan ditiupkan ke dalam dirinya dari jiwanya, dan dibuat untuk Anda
pendengaran, penglihatan, dan hati, dan berkat kecil yang Anda memberi. "
Sekarang, kita melihat bagaimana Al-Qur'an ternyata
perhatian manusia terhadap cairan yang berharga dari mana ia diciptakan dalam
rahim ibunya, "dari cairan berharga. Hal ini hendaknya menyadarkan Manusia
untuk memberantas potensial menindas dan menghilangkan kesombongan dan membuat
dia rendah hati dalam hidupnya.
2. Manusia adalah makhluk terhormat:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Isra
', (Ayat 70), "Kami telah menghormati anak-anak Adam dan membawa mereka di
bumi dan di laut dan memberikan kepada mereka rezeki yang baik. Dan kita
membuat mereka lebih baik daripada banyak dari apa yang kita buat. "
Kemudian Allah (SWT) menjelaskan bahwa Dia (SWT) membuat seluruh alam semesta
dalam melayani manusia. Dia mengatakan dalam surat Luqman,
(Ayat 20), "Apakah Anda tidak melihat bahwa Allah disediakan bagi Anda apa
yang di langit dan di bumi dan membanjiri Anda dengan banyak berkat dikenal dan
tidak dikenal."
3. Manusia memiliki kemampuan untuk
dapat membedakan dan memilih antara baik dan jahat:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Ash-Syams,
(Ayat 7-10 "Dan dengan Nafs, (jiwa), dan Allah yang
sempurna dia dalam proporsi; Kemudian Dia mengilhami dia korupsi dan kebenaran
nya; Memang ia berhasil yang memilih untuk memurnikan diri sendiri-Nya;. dan
memang ia gagal yang merusak diri sendiri nya "
4. Manusia memiliki potensi untuk
belajar dan memperoleh pengetahuan:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Alaq,
(Ayat 3-5),
"Bacalah dan Tuhan Anda adalah yang paling murah hati,
Orang yang mengajar dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang ia tidak
tahu” .
Dalam ayat lain, Allah (SWT) berfirman dalam surat An-Nahal,
(Ayat 78), "Dan dibuat untuk Anda pendengaran dan penglihatan dan hati,
sehingga Anda bersyukur. "Allah (SWT) mencemooh mereka yang tidak
mendapatkan manfaat dari semua hak istimewa. Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Araf,
(Ayat 179), "Mereka memiliki hati yang mereka tidak mengerti, mereka
memiliki mata yang dengannya mereka tidak melihat, dan mereka memiliki telinga
yang mereka tidak mendengar, mereka seperti binatang dan bahkan lebih buruk,
mereka adalah pelupa atau lalai ".
5. Manusia bertanggung jawab dan akuntabel dan dia
akan mendapatkan hasil dari perbuatannya:
Allah (SWT) berfirman dalam surat Al-Baqarah,
(Ayat 30),
"Dan Tuhanmu berkata kepada para malaikat bahwa saya
menciptakan Khalifah di bumi."
Kemudian Allah (SWT) mengajarkan kepada Adam semua nama untuk menunjukkan
bagaimana manusia malaikat istimewa di sisi Allah, maka Allah (SWT)
memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam karena hormat.. Allah
(SWT) berfirman dalam surat Az-Zalzalah, (Ayat 7-8), ,
"Dan barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarahpun, niscaya dia
akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarahpun, niscahya dia akan (melihat) balasannya""Nabi Muhammad (SAW)
mengatakan dalam sebuah hadits otentik yang dilaporkan oleh
Imam At-Tirmidzi," Para hamba Allah akan ditanya tentang empat hal
pada hari kiamat: sekitar hidupnya dan apa yang ia lakukan dengan itu Dan
tentang pengetahuan dan apa yang ia lakukan dengan itu Dan tentang uangnya?
mana dia mendapatkannya dari dan di mana ia menghabiskan itu? Dan tentang
tubuhnya bagaimana ia menggunakannya.? "
2. Exsitensi dan martabat manusia
Menurut Ibnu Sina yang terkenal dengan filasafat jiwanya
menjelaskan bahwa manusia adalah makhluk sosial dan sekaligus makhluk ekonomi
a.
Manusia sebagai
makhluk sosial: manusia tidak bisa hidup tanpa manusia yang lain. Manusia baru
bisa mencapai kepuasan dan memenuhi segala kebutuhan bila hidup berkumpul.
b.
Manusia sebagai
makhluk ekonomi, karena mereka selalu memikirkan masa depan dan menyiapkan
segala sesuatu untuk masa depannya.
Menurut pandangan Murtadha Mutahhari, manusi adalah makhluk
serba dimensi
a.
Dimensi Pertama
Secara
fisik manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, istirahat dan
menikah supaya ia dapat tumbuh dan berkembang.
b.
Dimensi Kedua
Manusia
memiliki sejumlah emosi yang bersifat etis, yaitu ingin memperoleh keuntungan
dan menghindari kerugian.
c.
Dimensi Ketiga
Menusia
mempunyai perhatian terhadap keindahan.
d.
Dimensi keempat
Manusia
memiliki dorongan untuk menyembah Tuhan.
e.
Dimensi kelima
Manusia
mempunyai kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda karena dikaruniahi akal,
fikiran dan khendak bebas.
f.
Dimensi keenam
Manusia
mampu mengenal dirinya.
Martabat saling berkaitan dengan maqam, maksudnya adalah
secara dasarnya maqam merupakan tingkatan martabat seseorang hamba terhadap
khalik-Nya, yang juga merupakan sesuatu keadaan tingkatannya seseorang sufi
dihadapan Tuhannya pada saat dalam perjalanan spiritual dalam beribadah kepada
Allah swt. Maqam ini terdiri dari beberapa tingkat atau tahapan seseorang dalam
hasil ibadahnya yang di wujudkan dengan pelaksanaan dzikir pada tingkatan maqam
tersebut, secara umum dalam thariqat naqsyabandi tingkatan maqam ini
jumlahnya ada 7 (tujuh), yang di kenal juga dengan nama martabat
tujuh, seseorang hamba yang menempuh perjalanan dzikir ini
biasanya melalui bimbingan dari seseorang yang alim yang paham akan isi dari
maqam ini setiap tingkatnya, seseorang hamba tidak di benarkan
sembarangan menggunakan tahapan maqam ini sebelum menyelesaikan atau ada
hasilnya pada riyadhan dzikir pada setiap maqam, ia harus ada mendapat hasil
dari amalan pada maqam tersebut.
Tingkat martabat seseorang hamba di hadapan Allah Swt mesti
melalui beberapa proses sebagai berikut :
a.
Taubat
b.
Memelihara diri dari
perbuatan yang makruh, syubhat dan apalagi yang haram
c.
Merasa miskin diri
dari segalanya
d.
Meninggalkan akan
kesenangan dunia yang dapat merintangi hati terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e.
Meningkatakan kesabaran
terhadap takdirNya
f.
Meningkatkan ketaqwaan
dan tawakkal kepadaNya
g.
Melazimkan muraqabah
(mengawasi atau instropeksi diri)
h.
Melazimkan renungan
terhadap kebesaran Allah Swt
i.
Meningkatkan hampir
atau kedekatan diri terhadapNya dengan cara menetapkan ingatan kepadaNya
j.
Mempunyai rasa takut
dan rasa takut ini hanya kepada Allah Swt saja.
Dengan melalui latihan di atas melalui amalan dzikir pada
maqamat, maka seseorang hamba akan muncul sifat berikut :
a.
Ketenangan juwa
b.
Harap kepada Allah Swt
c.
Selalu rindu kepadaNya
dan suka meningkatkan ibadahNya
d.
Muhibbah, cinta kepada
Allah Swt.
Untuk mendapatkan point di atas, seseorang hamba harus melalui
beberapa tingkatan maqam di bawah ini, tetapi melalunya adalah amalan dzikir
pada maqam yang 7 (tujuh), adapun hasilnya akan dapat di uraikan dengan
beberapa maqam sifat, yaitu :
a.
Taubat
b.
Zuhud
c.
Sabar
d.
Syukur
e.
Khauf (takut)
f.
Raja’ (harap)
g.
Tawakkal
3. Tujuan penciptaan manusia
a. Tujuan Umum Adanya Manusia di Dunia
Dalam al-qur’an Q.S. Al-Anbiya ayat 107 yang artinya,“Dan tiadalah kami mengutus
kamu, melainkan untuk Rahmat bagi semesta alam”Ayat ini menerangkan tujuan
manusia diciptakan oleh Allah SWT dan berada didunia ini adalah untuk menjadi
rahmat bagi alam semesta. Banyak yang salah
mengira bahwa menjadi khalifah berarti ‘menguasai’. Arti kata rahmat adalah karunia,
kasih sayang dan belas kasih. Jadi manusia sebagai rahmah adalah manusia
diciptakan oleh Allah SWT untuk menebar dan memberikan kasih saying kepada alam
semesta. Manusia juga
dibebankan menjadi Khalifah Allah, Khalifah sebenarnya adalah
perwakilan Allah untuk memakmurkan bumi.
Dengan berpedoman pada QS Al Baqarah:30-36, maka status
dasar manusia adalah sebagai khalifah (makhluk penerus ajaran Allah) sehingga
manusia harus :
a. Belajar. Obyek belajar nya adalah ilmu Allah
yang berwujud Al Quran dan ciptaanNya.Hal ini tercantum juga di dalam QS An
Naml: 15-16 dan QS Al Mukmin: 54
b. Mengajarkan Ilmu. Khalifah yang telah diajarkan
ilmu Allah maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud
dengan ilmu Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayan
c. Membudayakan Ilmu. Ilmu Allah tidak hanya untuk
disampaikan kepada manusia lain tetapi juga untuk diamalkan sehingga ilmu yang
terus diamalkan akan membudaya. Hal ini tercantum pula di dalam QS Al Mu’min:35
b. Tujuan Khusus Adanya Manusia di Dunia
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan
dikembali-kan kepada Kami?” (Al-Mukminun: 115).
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu
saja (tanpa pertanggungjawaban)?” (Al-Qiyamah: 36).
Jadi berdasarkan ayat diatas tujuan penciptaan dari manusia
tak lain adalah untuk ibadah.
Ibadah sendiri artinya tunduk dan patuh kepada Allah ta’ala
dengan penuh kecintaan dan pengagungan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya sesuai dengan tuntutan yang
ditetapkan dalam syarita-syariat-Nya.
c. Tujuan Individu Dalam Keluarga
. Tujuan manusia berkelurga menurut
Q.S. Al-Ruum ayat 21 yang artinya:
"Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu merasa tentram, dan dijadikan-Nya diantara kamu
rasa kasih sayang . Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaaum yang mau berfikir."
Tujuan hidup berkeluarga dari setiap
manusia adalah supaya tentram. Untuk menjadi
keluarga yang tentram, Allah SWT memberikan rasa kasih sayang. Oleh sebab itu,
dalam kelurga harus dibangun rasa kasih sayang satu sama lain.
d. Tujuan Individu Dalam Masyarakat
Setelah hidup berkeluarga, maka manusia mempunyai kebutuhan
untuk bermasyarakat. Tujuan hidup bermasyarakat adalah keberkahan dalam hidup
yang melimpah. Kecukupan kebutuhan hidup ini menyangkut kebutuhan fisik seperti
perumahan, makan, pakaian, kebutuhan sosial (bertetangga), kebutuhan rasa aman,
dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat mudah diperoleh
apabila masyarakat beriman dan bertakwa. Apabila masyarakat tidak beriman dan
bertakwa, maka Allah akan memberikan siksa dan jauh dari keberkahan. Oleh sebab
itu, apabila dalam suatu masyarakat ingin hidup damai dan serba kecukupan, maka
kita harus mengajak setiap anggota masyarakat untuk memelihara iman dan takwa.
Allah berfirman :
“Jikalau sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS Al-A’raf : 96)
Pada dasarnya manusia memiliki dua
hasrat atau keinginan pokok, yaitu:
a. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya yaitu masyarakat
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasan alam di
sekelilingnya
e. Tujuan Individu Dalam Bernegara
Sebagai makhluk hidup yang selalu ingin berkembang
menemukan jati diri sebagai pribadi yang utuh, maka manusia harus hidup
bermasyarakat/bersentuhan dengan dunia sosial. Lebih dari itu manusia sebagai
individu dari masyarakat memiliki jangkauan yang lebih luas lagi yakni dalam
kehidupan bernegara. Maka, tujuan individu dalam bernegara adalah menjadi warganegara yang baik
di dalam lingkungan negara yang baik yaitu negara yang aman, nyaman serta
makmur.
f. Tujuan Individu Dalam Pergaulan Internasional
Setelah kehidupan bernegara, tidak
dapat terlepas dari kehidupan internasional / dunia luar. Dengan era
globalisasi kita sebagai makhluk hidup yang ingin tetap eksis, maka kita harus
bersaing dengan ketat untuk menemukan jati diri serta pengembangan kepribadian.
Jadi tujuan individu dalam pergaulan internasional adalah menjadi individu yang
saling membantu dalam kebaikan dan individu yang dapat membedakan mana yang
baik dan buruk dalam dunia globalisasi agar tidak kalah dan tersesat dalam
percaturan dunia.
5 Fungsi dan peranan yang diberikan allah kepada manusia
Berpedoman pada
QS.Al-Baqarah : 30-36, status dasar yang dipolopori adam adalah sebagai
khalifah. Jika kalifah diartikan sebagai mahluk penerus ajaran ALLAH ,maka
peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran ALLAH dan sekaligus menjadi
pelopor dalam membudidayakan ajaran Allah,hal ini di mulai dari diri sendiri
dan keluarganya.Adapun peran yang di lakukan seorang kalifah sebagaimana yang
di tetapkan Allah,di antarany ialah:
a. Belajar (Surat An-Naml : 15-16 dan Al –Mu’minun : 54)
Belajar yang di nyatakan pada ayat
pertama surat Al-Alaq adalah mempelajari ilmu Allah dan pada ayat kedua di
jelaskan yang di maksud ilmu Allah adalah Al-Kitab. Istilah lain yang di
nyatakan Al-Qur’an adalah iqra’. Istilah iqra’ adalah istilah yang di
pergunakan Allah terhadap Muhammad dan pengikutnya.yang menjelaskan ilmu Allah
yang berwujud Al-quran dan ciptaannya
b. Mengerjakan Ilmu (Al-Baqarah : 31-39)
Ilmu yang di ajarkan oleh kalifatullah bukan hanya ilmu
yang di karang manusia saja,tetapi juga ilmu Allah.Pengertian ilmu Allah tidak
identik dengan ilmu agama.Dengan demikian tidak terbentuk asumsi bahwa yang
bukan ilmu agama adalah ilmu Allah. Ilmu Allah adalah ilmu al-Qur’an dan al-
bayan (ilmu pengetahuan). Al-Qur’an merupakan aturan hidup dan kehidupan
manusia serta hal-hal yang berhubungan dengan manusia.Mengerjakan Al-Qur’an
berarti mengerjakan hidup dan kehidupan menurut Allah pencipta manusia dan alam
semesta.
c. Mumbudayakan Ilmu (al-Mu’minun: 35)
Ilmu Allah yang telah diketahui
bukan hanya untuk di sampaikan kepada orang lain,tetapi juga untuk diamalkan
oleh diri sendiri terlebih dahulu sehingga membudaya. Seorang khalifah
bertangung jawab kepada 4 instansi,yaitu:
§ Fungsi Manusia Terhadap Diri Pribadi
Manusia pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan
rohani, unsur rohani terdiri dari cipta (akal), rasa dan karsa. Fungsi manusia
terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut
secara menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga. Unsur jasmani yang
memerlukan makan-minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan sebagainya
dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Akal yang merupakan salah satu segi unsur
rohani kita bertabiat suka berpikir. Tabiat suka berpikir akan dipenuhi dengan
berbagai macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi hidup manusia. Rasa yang juga
merupakan salah satu segi unsur rohani yang selalu merindukan keindahan,
kebenaran, keadilan dan sebagainya itu kita penuhi pula kebutuhannya dengan
berbagai keseniaan yang sehat, hidup dengan pedoman yang benar, berlaku adil
dan sebagainya [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 4]. Perasaan yang rindu kepada
kebaikan diisi dengan nilai-nilai moral, perasaan yang rindu kepada keindahan
diisi dengan nilai-nilai seni-budaya, perasaan yang rindu kepada kemuliaan
diisi dengan taqwa, perasaan yang rindu kepada kesucian diisi dengan
usaha-usaha meninggalkan sifat-sifat tercela, seperti dengki, takabbur, aniaya
dan sebagainya (Ahmad Azhar Basyir, 1984 : 8),
§ Fungsi Manusia Terhadap Masyarakat
Firman Allah, QS. al-Hujarat : 13, Allah mengajarkan kepada manusia sebagai
berikut : "Hai manusia, Kami telah menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan, dan telah kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia
di antara kamu di hadirat Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [QS.al-Hujarat: 13].
Dari ayat ini dapat diketahui bahwa manusia adalah
makhluk individual, makhluk relegius, dan makhluk sosial. "Sebagai makhluk
individual manusia mempunyai dorongan untuk kepentingan pribadi, sebagai
makhluk relegi manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan
kekuatan di luarnya [Allah], adanya hubungan yang bersifat vertikal, dan
sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan
manusia yang laiannya", ...maka kemudian terbentuklah kelompok-kelompok
masyarakat [Bimo Walgito, 1987 : 41].
Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar
sifat sosial yang dimiliki manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu
melakukan interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan dalam al-Qur'an bahwa manusia
selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan hubungan dengan
sesama manusia. Kesedian untuk memperhatikan kepentingan orang lain, dalam hal
ini adalah tolong menolong. Hal ini ditegaskan dalam al-Qur'an surat al-Maidah
ayat 2, sebagai berikut :
"Dan tolong menolong-menolong kamu dalam (mengerjakan)
kebaikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran".
§ Fungsi Manusia Terhadap Alam dan
Lingkungan
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia
memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Banyak
ayat-ayat al-Qur'an yang menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan dibumi
ditundukan Allah kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sendiri
[QS.al-Jatsiyah:13]. Laut, sungai, matahari, bulan, siang dan malam dijadikan
sebagai sarana kemakmuran hidup manusia [QS. Ibrahim : 32-34]; binatang ternak
diciptakan Allah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia [QS. an-Nahl : 5] ;
laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali dan
dimanfaatkan kekayaannya [QS. Fathir:12 dan an-Nahl:14] [Ahmad Azhar Basyir,
1988 : 40].
Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap alam, hendaknya
selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu. Tidak memanfaatkan
potensi alam secara berlebih-lebihan, agar generasi mendatang masih dapat
menikmatinya, karena potensi alam terbatas [Ahmad Azhar Basyir, 1985 : 16].
Apabila berlaku belebih-lebihan, tamak, rakus, dalam menanfaatkan potensi alam
akan berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah
memperingatkan manusia [QS. Ruum : 41] bahwa, "Kerusakan di darat dan laut
terjadi akibat perbuatan tangan manusia sendiri; Allah merasakan kepada mereka
sebagai [akibat] perbuatan mereka, supaya mereka kembali ke jalan yang
benar". Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan
manusia sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan
berusaha menjaga, melestarikan potensi alam tersebut.
§ Fungsi Manusia Terhadap Allah
Fungsi manusia terhadap Allah ditegaskan dalam al-Qur'an
surat adz-Dzariyat ayat 56, sebagai berikut :
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka beribadah kepada-Ku". Dalam
al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 21, Allah memerintahkan manusia untuk
beribadah, sebagai berikut :
"Hai manusia, beribadahlah kamu kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertaqwa".
Dengan demikian, beribadah kepada Allah yang menjadi fungsi
manusia terhadap Allah baik dalam bentuknya umum maupun dalam bentuk khusus.
Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup sesuai ketentuan-ketentuan
Allah, sebagaimana diajarkan al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Ibadah dalam
pengertiam umum mencakup segala macam perbuatan, tindakan dan sikap manusia
dalam hidup sehari-hari. Sedangkan ibadah dalam bentuk khusus (mahdhah) yaitu
berbagai macam pengabdian kepada Allah yang cara melakukannya sesuai dengan
ketentuan syara'.
Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap Allah adalah
meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah. Bertuhan
kepada selain Allah berarti suatu penyimpangan dari fungsi manusia terhadap
Allah. Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu sifat
relegius, tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat manusia
harus condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.
6.Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah
a. Mengabdikan diri kepada Allah menerusi
beriman kepada Allah dan melakukan amal soleh dalam bentuk yang sempurna.
b. Sebagai hamba, manusia perlu
melaksanakan amanah Allah, memelihara serta mengawal agama Allah serta ajaran
Allah SWT.
c. Ke arah melaksanakan amanah sebagai
khalifah Allah ini, manusia hendaklah menyedari dan memahami bahawa kewajiban
berdakwah dengan menyebarkan dan memperluaskan ajaran Islam ke arah menegakkan
syiar Islam serta meninggikan kalimah Allah di atas muka bumi ini, dengan
berperanan menegakkan amar makruf serta mencegah kemungkaran.
“Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru
(berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam). Dan menyuruh berbuat segala
perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji).
Dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya. (Ali Imran:
104)
d. Sebagai khalifah Allah, yang
dimaksudkan dengan wakil Allah, wajiblah manusia menjaga agama dengan
melaksanakan dua perkara:
i) Menegakkan Islam. Dengan berdakwah kepada manusia
seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat RA dan membuktikan
kebaikan ajaran Islam dan hukumnya di samping mempertahankan agamanya dari
ancaman musuh.
ii) Melaksanakan Islam. Dengan mengamalkan
perintahNya dan meninggalkan laranganNya, dalam semua urusan termasuk juga
urusan kemasyarakatan dan kenegaraan.
e. Bertanggungjawab menjauh dan memelihara diri dan
keluarga daripada masuk ke dalam neraka.
“Wahai orang-orang yang
beriman ! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan
bakarnya manusia dan batu (berhala). Neraka itu dijaga dan dikawal oleh Malaikat-malaikat
yang keras kasar (layanannya), mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam
segala yang diperintahkanNya kepada mereka dan mereka pula melakukansegala yang
diperintahkan.” (At-Tahrim : 6)
C. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum
C. Fungsi Profetik Agama dalam Hukum
Fungsi profetik agama adalah bahwa agama sebagai sarana
menuju kebahagiaan juga memuat peraturan-peraturan yang mengondisikan
terbentuknya batin manusia yang baik, yang berkualitas, yaitu manusia yang
bermoral (agama sebagai sumber moral) kearifan yg menjiwi langkah hukum
dengan memberikan sanksi hukum secara bertahap sehingga membuat orang bisa
memperbaiki kesalahan (bertaubat kepada Tuhan)
1. Kesadaran Taat Hukum
a. Pengertian Taat Hukum
§ Umum
- Patuh terhadap aturan perundang-undangan, ketetapan
dari pemerintah, pemimpin yang dianggap berlaku oleh untuk orang banyak.
- Mematuhi aturan perundang-undangan untuk menciptakan
kehidupan berbangsa bernegara dan bermasyarakat yang berkeadilan.
§ Islam
Melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan yang telah
ditetapkan oleh Al-Quran dan hadits serta Ijma’ Ulama dengan sabar dan ikhlas.
b. Asas Hukum
Pengertian Asas Hukum
§ Kebenaran yang dipergunakan sebagai tumpuan berfikir
dan berpendapat.
§ Kebenaran itu bertujuan dalam penegakan dan
pelaksanaan hukum.
Asas Hukum Secara Umum
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas
kekuatan hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status
sosial, status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
§ Asas kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi
kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia.
Asas Hukum Secara Islam
§ Asa kepastian hukum
Tidak ada satu perbuatan dapat dihukum kecuali atas
kekuatan hukum dan perundang-undangan yang berlaku untuk perbuatan itu.
Qs. Al-Maidah : 95
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْتُلُواْ الصَّيْدَ وَأَنتُمْ حُرُمٌ وَمَن
قَتَلَهُ مِنكُم مُّتَعَمِّداً فَجَزَاء مِّثْلُ مَا قَتَلَ مِنَ النَّعَمِ
يَحْكُمُ بِهِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنكُمْ هَدْياً بَالِغَ الْكَعْبَةِ أَوْ كَفَّارَةٌ
طَعَامُ مَسَاكِينَ أَو عَدْلُ ذَلِكَ صِيَاماً لِّيَذُوقَ وَبَالَ أَمْرِهِ عَفَا
اللّهُ عَمَّا سَلَف وَمَنْ عَادَ فَيَنتَقِمُ اللّهُ مِنْهُ وَاللّهُ عَزِيزٌ ذُو
انْتِقَامٍ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu
membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang
ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang
adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa sampai ke Kabah, atau (dendanya)
membayar kaffarat dengan memberi makan orang-orang miskin, atau berpuasa
seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang
buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan
barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah
Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan untuk) menyiksa.QS. al-Mai'dah (5) : 95
§ Asas keadilan
Berlaku adil terhadap semua orang tanpa memandang status
sosial, status ekonomi, ras, keyakinan, agama dan sebagainya.
Qs. Shad : 26
يَا
دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ
بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ
الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا
يَوْمَ الْحِسَابِ
Artinya: “Allah memerintahkan para penguasa,
penegak hukum sebagai khalifah di bumi ini menegakan dan menjalankan hukum
sabaik-baiknya tanpa memandang status sosial, status ekonomi dan atribut
lainnya”.
Qs. An-Nisa’ : 135 dan Qs. Al-Maidah : 8
Intinya : “Keadilan adalah asas titik tolak, proses dan
sasaran hukum dalam Islam”
“Siapa yang tidak menetapkan sesuatu dengan hukum yang
telah ditetapkan Allah itulah orang-orang yang aniaya”
§ Asa kemanfaatan
Mempertimbangkan asas kemanfaatan bagi pelaku dan bagi
kepentingan negara dan kelangsungan umat manusia.
Qs. Al-Baqarah :
178
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّوَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالأُنثَى بِالأُنثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاء إِلَيْهِبِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan
atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang
memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf)
mambayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Rabb kamu dan suatu rahmat.
Barangsiapa yang melampui batas sesudah itu maka baginya siksa yang sangat
pedih. (QS. 2:178).
§ Asa kejujuran dan kesukarelaan
QS. Al-Mudatsir : 38
“Setip individu terikat dengan apa yang ia kerjakan dan
setiap individu tidak akan memikul dosa orang (individu) lain”.
Profetik Agama Dalam Taat Hukum
1. Pengertian Profetik Agama Dalam Taat Hukum
a. Hal-hal yang digambarkan, dan dinyatakan oleh Agama
memalui yang dicontohkan Nabi Muhammad saw.
b. Agama yang diajarkan atau
dicontohkan oleh para Nabi/ Rasulullah
c. Contoh atau tauladan yang
telah digariskan / dicontohkan Rasulullah saw.
2. Fungsi Profetik Agama
a. Dalam Mengatasi Krisis Kebudayaan dan Kemanusiaan
§ Menjelaskan dan mengubah fenomena-fenomena sosial
masyarakat yang salah atau kurang baik seperti :
o Dalam Deideologisasi yang
tidak sehat dan merugikan tatanan masyarakat (Politik atau paham yang
tidak sehat)
o Dalam keamanan dan kebebasan
yang nyaris menabrak rambu-rambu hukum dan norma serta nilai yang ada
o Dalam Reduksionisme (penurunan
kwalitas ilmu pengetahuan) Ijazah ilegal dan aspal
o Dalam Materialisme
(kebendaan), pamer, glamour, poya-poya dsb
o Dalam Ekologi (lingkungan) ketidakseimbangan kehidupan dalam masyarakat
(Imbalance), baik materi dan non materi, baik lahir maupun bathin
o Dalam Kultural (kebudayaan,
peradaban) seperti Globalisasi (Ends of Pluralisme)
Intinya :
o Dalam berpolitik, seperti :
o Enthnocenterisme =
Pemerintahan ditangan satu orang
o Dalam Materialisme, seperti :
o Ekonomi kapitalisme
o Dalam Ekologi, seperti :
o Materialisme, Sekularisme
(pemisahan antara pendidikan umum dan pendidikan moral, memisahkan pemerintahan
negara dengan Agama). Agama terasing dari persoalan kehidupan manusia
o Dalam Reduksionisme, seperti :
o Penurunan nilai, akhlak,
kebenaran, kwalitas ilmu pengetahuan
o Dalam Kultural atau Budaya,
seperti :
o Hedonisme (hanya memburu dan
mengejar kesenangan dunia)
b. Dalam Mengatasi / Merevitalisasi Keberagaman Dalam Menjalankan Agama
Dengan Back to Qur’an and Sunnah
§ Menjadikan Al-Quran dan Sunnah
o Sebagai sumber dan payung
hukum dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam
o Sebagai sumber rujukan dalam
menyelesaikan dan memutuskan suatu hukum QS.Al-Maidah : 48 – 49 QS. An-Nisa’ ;
59 dsb
c. Tujuan Profetik Agama Dalam
Taat Hukum
o Mendorong seseorang (manusia) berperilaku dan berbuat
sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan yang sah serta sesuai QS,
sehingga tercipta suatu kondisi masyarakat yang sadar dan taat hukum.
o Mendorong seseorang
berperilaku yang baik dengan mentauladani pribadi Rasulullah, agar manusia
selamat dan bahagia dunia dan akhirat (antara manusia dengan manusia, antara
manusia dengan Allah serta dengan alam lingkungan).
o Mengeluarkan manusia dari
miopik (cara pandang yang sempit) dan Primordial dan Formalisme sempit yang
akan melahirkan berbagai konflik sosial, politik bahkan menjurus kepada
perpecahan dan perperangan.
Daftar Pustaka
Ahmad Amin. (1983). Al-akhlak,
Etika (Ilmu Akhlak). alih bahasa KH. Farid Maruf. Jakarta: Bulan Bintang.
Abu A’lla al-Maududi. (1971). Moralitas
Islam. Jakarta: Publicita.
Endang Saefudin Anshari. (1980). Kuliah
Al-islam. Bandung: Pustaka salman ITB.
Fazlur Rahman. (1979). Islam.
Chicago: The University of Chicago Press.
Hamzah Yaqub. (1983). Etika
Islam. Bandung: Diponegoro.
Imam Al-Ghazali. (1971). Ihya
Ulmuddin. Juz VIII. Medan: Pustaka Indonesia.
(Srimuliani Handoyokusumo; Lolos PNS Guru di lingkungan Kemenag Berau)
ReplyDeleteBerawal dari keinginan kuat untuk mengikuti test tertulis CPNS yang dilaksanakan oleh PEMDA Berau dimana saya tinggal, saya pun ikut berpartisipasi mengkutinya. Namun sebenarnya bukan sekedar hanya berpartisipasi tapi terlebih saya memang berkeinginan untuk menjadi seorang PNS. Waktu pun terus berjalan, karena tertanggal 5 Desember 2013 yang lalu saya pun mengikuti Test CPNS yang diselenggarakan oleh PEMDA Berau dengan harapan yang maksimal yaitu menjadi seorang PNS. Kini tanggal 18 Desember 2013, pengumuman test kelulusan tertulis itu diumumkan. Dengan sedikit rasa was-was dan bercampur tidak karuan menyelimuti pikiranku. Rasa pesimisku memang timbul, karena pengumuman yang di informasikan adalah tertanggal 11 Desember 2013 namun di undur tanggal 18 Desember 2013. Dengan mengucapkan BISMILLAH, aku pun masuk ke halaman kantor BKD untuk melihat hasil pengumuman test tertulis CPNS. Dan Syukur Alhamdulillah saya pun LULUS diurutan ke 3 dari 1 formasi yang aku ikuti di Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Dan berikut peringkat screen shoot yang saya jepret menggunakan Ponsel kesayangku.
Puji Syukur tak henti-hentinya aku panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas rezeki yang diberikan kepadaku. Semua hasil ini saya ucapkan terimakasih kepada :
1. ALLAH SWT; karena KepadaNya kita mengemis dan memohon.
2. Suami dan Anak [DikMa]; Dukungan Do’anya sangat berharga dalam pencapaian saat ini.
3. Orang Tua, Saudara-saudaraku; Tetap mensupport aku selama 3 bulan terakhir ini, terimakasih Mama, terima kasih Kakak Perempuan ku, terima kasih Kakak Laki-laki ku tak terlepas juga buat teman-temanku terimakasih semuanya.
4. Terimakasih untuk khususnya Bpk.IR.AGUS SUTIADI M.SI beliau selaku petinggi BKN PUSAT,dan dialah membantu kelulusan saya selama ini,alhamdulillah SK saya tahun ini bisa keluar.anda ingin LULUS seperti saya silahkan anda hubungi nomor bpk IR.AGUS SUTIADI M.SI,0852-3687-2555.
Terimakasih kepada saudara yang telah berkunjung dan telah meberi informasi kepada saya. salam persahabatan
Delete