Peninggalan Purba Kala “GUHA TUJOEH / The Cave of Seven”
Gua Tujuh merupakan gua alami yang diklaim sebagai peninggalan sejarah
purbakala. Di namakan demikian karena gua ini mempunyai satu pintu masuk utama
dan 7 (tujuh) lubang pintu di dalamnya.Menurut cerita Gua tujuh
terdiri dari 38 gua, akan tetapi hanya tujuh pintu yang bisa dmasuki oleh
orang. Sedangkan saat ini, hanya tersisa empat pintu yang masih terbuka
lebar. Yang lainnya sudah tertutup dan tidak bisa dimasuki, dengan berbagai
alasan. Bisa saja arah gua tersebut terlalu luas, takut tersesat dan tidak tahu
pintu keluarnya. Ditambah lagi, Gua Tujuh itu tidak diberi cahaya lampu
sehingga terlihat sangat gelap dan pekat. Hanya ada cahaya senter yang terlihat
ketika orang memasuki ke dalam gua itu. Lokasinya di Jl. Banda Aceh -
Medan KM 100, Desa Cot, Kemukiman Laweung, Kecamatan Muara Tiga,
Kabupaten Pidie, NAD. Gua ini berada di hamparan perbukitan yang hanya
dikelilingi semak belukar. kawasan ini tidak dijadikan tempat tinggal dan
aktivitas manusia pada masa lampau. Bahkan sampai sekarang, permukaan kawasan
ini begitu sepi, seolah tak berpenghuni.
Berkunjung ke Pidie rasanya akan hambar jika tidak mengunjungi gua ini.
Tidak hanya terkesan dengan mitos mengenai gua ular, Guha Tujoh sesungguhnya
menyimpan pesona yang menakjubkan di dalamnya. Stalaktit dan stalakmit
terbentuk indah bak lukisan sang Maestro di dinding dan langit-langit gua. Ada
yang berbentuk pilar, gumpalan, sapi, kura-kura, burung elang sedang
mematuk, tempat duduk Pelaminan, nasi tumpeng, ular kobra dan lainnya.
Masyarakat meyakini bahwa bermacam bentuk ornamen di dalam gua itu merupakan
sisa-sisa kegiatan manusa prasejarah pada masa silam. Padahal kalau kita
cermati, bentuk-bentuk itu merupakan asli dari proses alami berupa air yang
menetes dan mengalir lalu mengendap selama ratusan atau bahkan ribuan tahun
membentuk bermacam bentuk unik beberapa batu besar juga terpahat begitu
unik di tengah-tengah gua, seakan mengisyaratkan tentang sesuatu. Tak kalah
menakjubkan, sebuah batu besar anti-gravitasi tampak bergantung di langit gua
tanpa ada penyangga atau tali pengikatnya. Luar biasa. (Gambar 2: Batu
Bergantung).
Konon menurut cerita rakyat Gua Tujuh merupakan gua perjalanan
haji para Aulia. Gua Tujuh yang sudah ada berabad-abad itu menurut cerita bukan
sebuah gua yang terbentuk dari peristiwa Alam. Namun, ada suatu kejadian yang
nyata yang tidak bisa digambarkan oleh manusia sekarang. Berbagai adat-istiadat
juga ada di dalam Gua tersebut. Ada sebuah peristiwa penting yang terjadi di
Gua Tujut tujuh itu.
Selain itu, Gua Tujuh juga pernah digunakan sebagai sarana pertapaan
(menyendiri). Orang Aceh menyebutnya ‘Kaluet’. Istilah ini tepatnya
bernada positif. ‘Kaluet’ merupakan sarana untuk meningkatkan
harmonisasi antara manusia dan Allah SWT. Mereka hanya beribadah. Biasanya
orang yang memilih ‘Kaluet’ ini hingga berbulan-bulan lamanya menetap
dalam gua tersebut.
Gua Tujuh merupakan peristiwa penting sampai sekarang. Faktanya, masih
banyak ulama yang datang dari Aceh, Pulau Jawa, dan juga Luar Negeri untuk
melakukan percobaan Pertapaan. Cerita mistis lainnya terkait harta benda yang
dikandung Gua Tujuh. Diyakini, Gua Tujuh banyak memiliki peninggalan emas.
Sebagian sumber percaya emas itu milik kerajaan Aceh masa lalu yang dikuburkan
disana. Sebagian lain merasa emas itu fatamorgana. Hanya bisa dilihat oleh
Aulia, orang yang dianggap keramat.
Salam dari saya: Fardihus Alaw (Anak Laweung)
0 Response to "Peninggalan Purba Kala “GUHA TUJOEH / The Cave of Seven”"
Post a Comment